Rabu, 13 Agustus 2008

PENGGALIAN IPTEK ETNOMEDISIN DI GUNUNG GEDE PANGRANGO

Bul. Littro. Vol. XVIII No. 1, 2007, 13 - 28
13
PENGGALIAN IPTEK ETNOMEDISIN DI GUNUNG GEDE
PANGRANGO
Rosita SMD, Otih Rostiana, E. R. Pribadi dan Hernani
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
ABSTRAK
Hutan tropika Indonesia kaya keane-
karagaman species tumbuhan, sedikitnya ter-
dapat 40.000 jenis termasuk yang berkhasiat
obat. Disamping itu, keberadaan 370 suku asli
dengan keanekaragaman adat dan budayanya,
turut memberikan keuntungan sendiri bagi kha-
sanah etnomedisin dan budaya bangsa. Proses
pewarisan IPTEK etnomedisin umumnya dila-
kukan secara oral. Kondisi yang demikian akan
mendorong terjadinya erosi IPTEK tersebut,
disamping karena masuknya budaya modern.
Oleh karena itu perlu dilakukan penggalian dan
pengembangan IPTEK etnomedisin. Kegiatan
pengkajian ini telah dilaksanakan di kawasan
Taman Nasional gunung Gede Pangrango pada
bulan Januari sampai dengan Desember 2001.
Survey dilakukan di 6 lokasi (gunung Gede
Pangrango), mencakup 2 kabupaten (Sukabumi
dan Cianjur). Penentuan lokasi dilakukan se-
cara sengaja, dengan memperhitungkan kemu-
dahan untuk mencapai lokasi. Narasumber
yang diwawancarai juga ditetapkan secara se-
ngaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan etnomedisin di kawasan gunung
Gede Pangrango, terbatas pada dukun beranak.
Kawasan gunung Gede Pang-rango, telah diin-
ventarisasi sebanyak 23 jenis penyakit dengan
72 resep yang menggunakan 80 jenis tumbuhan
obat. Hasil analisis mutu beberapa jenis sim-
plisia dari lokasi survey memenuhi standar
mutu yang ditetapkan MMI (Materia Medika
Indonesia), sehingga memiliki prospek untuk
produksi bahan baku industri obat tradisional,
kosmetika dan lainnya.
Kata kunci : Gunung Gede Pangrango, survey, tanaman
obat




ABSTRACT
Exploration and Development of
Indigenous Knowledge of
Ethnomedicine at Gede Pangrango
Mountain
Plant diversity of Indonesian tropical fo-
rest, including about 40,000 species of medicinal
plants, is one of Indonesia’s invaluable natural
resources. Besides, existence of almost 370 ethnic
groups with their uniqueness in culture and tra-
ditions enrich Indonesian cultures and etnome-
dicine treasure. The process of deriving this in-
digenous knowledge is orally prevails from one
generation to the other. This circumstances will
lead to the extinct of indigenous knowledge of et-
nomedicine worsen by the introduction of modern
culture. Therefore, the exploration of indigenous
knowledge of etnomedicine is worth to be imple-
mented followed by its development. Research
activity to explore etnomedicine was conducted at
Gede Pangrango mountain National Park areas,
from January to December 2001. Survey has be-
en done at 6 locations around Gede Pangrango,
mountain within 2 districts (Sukabumi and Cian-
jur). Surveyed locations and the respondent were
decided deliberately regard to ease access. The
results showed that utilization of folklore me-
dicine around Gede Pangrango mountain Natio-
nal Park areas was restricted to “dukun ber-
anak”. Furthermore, at the buffer zones of Ge-
de-Pangrango mountain National Park, 23 kinds
of illness have been treated by using 72 tradi-
tional prescriptions of 80 medicinal crops species.
In general, the raw materials used for traditional
medicine at the surveyed areas were MMI’s stan-
dardized in quality. Therefore, that simplisia are
prospected to be further developed for traditional
medicine as well as modern drugs and cosmetic
industries.
Keywords : Gede Pangrango Mountain, survey,
medicinal plants
Rosita SMD et al. : Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango
14
PENDAHULUAN
Sebagian besar orang arif di
berbagai negeri di dunia sejak lama te-
lah menyadari bahwa suku-suku ter-
asing memiliki berbagai kearifan, pe-
ngetahuan, dan pengalaman yang ber-
makna besar bagi manusia dalam ma-
syarakat modern. Kedekatan mereka
dengan alam, pengetahuan mengenai
tumbuhan yang bergizi atau mengan-
dung berbagai zat yang dapat meng-
obati berbagai penyakit dan keberha-
silan masyarakat untuk mempertahan-
kan eksistensinya dari generasi ke ge-
nerasi adalah sesuatu yang mengan-
dung banyak pelajaran bagi manusia
dan masyarakat modern. Oleh karena
itu informasi penggunaan tumbuhan
obat oleh masyarakat atau suku asli se-
tempat sangat penting untuk pengem-
bangan obat karena banyak ekstrak
tumbuhan untuk obat modern ditemu-
kan melalui pendekatan ini (Plotkin,
1988; Cox, 1994).
Pemanfaatan tumbuhan sebagai
obat, secara tradisional telah lama dila-
kukan oleh berbagai suku di seluruh In-
donesia. Perbedaan adat dan kebiasaan
antar suku di Indonesia merupakan ke-
kayaan budaya bangsa yang tak ternilai
harganya. Kondisi yang demikian juga
dapat dicirikan dari keragaman jenis
tumbuhan yang digunakan, ramuan
obat tradisional dan cara pengobatan-
nya. Pengetahuan tentang etnomedisin
masyarakat antar suku dari ekologi
yang berbeda serta keragaman jenis
tumbuhan yang digunakan oleh ma-
sing-masing suku menarik untuk dikaji
sehingga perlu ada upaya penggalian,
sebagai dasar untuk pengembangan
etnomedisin.

Proses pewarisan IPTEK lokal
obat tradisional banyak dilakukan se-
cara oral dan masuknya budaya mo-
dern ke masyarakat tradisional dikha-
watirkan akan menyebabkan IPTEK
lokal ini mengalami erosi (hilang).
Adanya pernyataan bahwa proses pe-
langkaan IPTEK etnomedisin sering-
kali lebih cepat dibandingkan proses
pelangkaan tanaman obat. Hal ini
mendorong upaya pelestarian IPTEK
etnomedisin sedini mungkin. Selain
itu kenyataan menunjukkan bahwa
untuk memenuhi kebutuhan sehari-ha-
ri, masyarakat di sekitar kawasan hu-
tan pada umumnya memanfaatkan
sumberdaya yang ada didalam hutan,
secara langsung turut mendorong per-
cepatan proses pelangkaan jenis-jenis
tumbuhan. Oleh karena itu perlu dila-
kukan inventarisasi jenis tumbuhan
dan pemanfaatannya sebagai obat oleh
penduduk sekitar kawasan hutan sebe-
lum jenis-jenis tumbuhan tersebut ter-
erosi. Salah satu kawasan hutan ter-
sebut adalah Taman Nasional gunung
Gede Pangrango.
Kawasan Taman Nasional gu-
nung Gede Pangrango selain zona
konservasi, sudah lama dikenal seba-
gai areal ekowisata dengan masyara-
kat agribisnis yang handal. Secara ad-
ministratif taman nasional ini berada
di 3 wilayah yaitu Kabupaten Bogor,
Sukabumi dan Cianjur. Ekosistem hu-
tan yang terdiri atas hutan Sub Mon-
tana (1.000 - 1.500 m dpl), Montana
(1.500 - 2400 m dpl) dan Alpin (di
atas 2.400 m dpl), kaya akan keaneka-
ragam hayati baik flora maupun fauna
(PHPA, 1988). Luas Taman Nasional
G. Gede Pangrango adalah 15.196 ha,
merupakan penggabungan bentuk-
bentuk kawasan konservasi sebelum-Bul. Littro. Vol. XVIII No. 1, 2007, 13 - 28
15
nya yaitu Cagar Alam Cimungkat (56
ha), Cagar Alam Cibodas (1.040 ha),
kawasan hutan Gede Pangrango
(14.000 ha) dan Taman Wisata Situ
Gunung (100 ha) (Setiono dan Sensudi,
2000).
Informasi pemanfaatan tumbuh-
an obat untuk tujuan penggalian IPTEK
lokal serta evaluasi sejauh mana ma-
syarakat lokal masih memanfaatkan
untuk pemeliharaan kesehatan dan ke-
cantikan serta bumbu masih terbatas.
Demikian pula klarifikasi mutu sim-
plisia dari lingkungan spesifik lokasi
untuk tujuan dapat diterima pasar do-
mestik maupun ekspor belum banyak
diungkap.
Tujuan penelitian mendapatkan
data etnomedisin masyarakat di sekitar
kawasan gunung Gede Pangrango.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan sejak
Januari sampai Desember 2001, di da-
erah dataran menengah dan tinggi iklim
basah, lokasi Jawa Barat di kawasan
gunung Gede Pangrango. Metode yang
digunakan adalah metode survey de-
ngan cara Rapid Rural Appraisal
(RRA) atau pemahaman pedesaan se-
cara cepat. Lokasi survey dan nara-
sumber ditetapkan dengan sengaja
(purposive sampling), yang diikuti
dengan desk study untuk mendukung
data hasil survey.
Tempat penelitian meliputi 6
daerah penyangga Taman Nasional gu-
nung Gede Pangrango yaitu :
(1) Kampung Balekambang, desa Suka-
mulya, kecamatan Cibadak, Suka-
bumi.
(2) Kampung Kubang, desa Sukamulya,
kecamatan Cibadak, Sukabumi.
(3) Kampung Babakan, desa Gekbrong,
kecamatan Warungkondang, Cian-
jur.
(4) Kampung Kebonkondang, desa
Gekbrong, kecamatan Warungkon-
dang, Cianjur.
(5) Kampung Gunungputri, desa Suka-
tani, kecamatan Pacet, Cianjur.
(6) Kampung Baros, desa Ciherang,
kecamatan Pacet, Cianjur.
Data etnomedisin yang dikum-
pulkan adalah : jenis simplisia, cara
penggunaan (dimakan/diminum, peng-
gunaan luar/oles), bagian tumbuhan
yang digunakan (akar, daun, kulit ba-
tang, kayu, bunga, biji, buah, kulit bu-
ah dan bagian lainnya), cara meramu
obat (komposisi, digosok, direbus, di-
tumbuk, dihancurkan, dosis), jumlah
macam penyakit yang diobati dari su-
atu tumbuhan obat, mutu simplisia
tertentu/spesifik lokasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis penyakit dan cara pengobatan
Hasil wawancara di daerah pe-
nyangga Taman Nasional gunung Ge-
de Pangrango, telah terinventarisasi 23
jenis penyakit dengan 72 resep yang
menggunakan tumbuhan obat (Tabel
1). Bagian tumbuhan yang digunakan
untuk obat biasanya : daun, akar, bu-
ah, bunga, biji, umbi, ranting dan ba-
tang, rimpang, herba (seluruh bagian
tumbuhan), juga tuaknya (mukus be-
rupa cairan).
Pada umumnya pemanfaatan
dan penggunaan tumbuhan obat telah
sesuai dengan pedoman dari Departe-
men Kesehatan (1989) dan juga telah
banyak digunakan di daerah lain se-
perti Wonogiri, Madura, Sumedang,
Bali, Ciamis (Sangat et al., 2000). Rosita SMD et al. : Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango
16
























































































Tabel 1. Jenis penyakit dan cara pengobatan masyarakat kawasan gunung Gede
Pangrango
Table 1. Diseases and healing treatments by people communities at Gede
Pangrango mountain
Jenis penyakit/
Diseases
Tanaman obat yang digunakan/
Medicinal plants used
Cara penggunaan/Applications
1. Setelah me-
lahirkan
a. Ki kalingsir, daun kumis ku-
cing, ki urat dan daun bijang-
gut, daun lokat mala, daun pe-
paya gandul, rimpang temu
hitam, temu lawak, temu
mangga, kunyit, laos, jahe,
kencur, lada
a. Dijemur, dikeringkan, dibuat
tepung ditambah gula me-
rah, diseduh air panas, air-
nya diminum (1).
b. Daun beluntas, daun kemangi b. Dibuat lalab (1).
c. Daun beluntas, daun kemangi,
rimpang kunyit
c. Rimpang kunyit diparut, di-
tambah daun beluntas dan
kemangi, diremas, ditambah
air panas, diminum (1).
d. Getah (mukus) pisang emas d. Pembersih alat kewanitaan
(1).
e. Daun jawer kotok, daun sem-
bung, daun kumis kucing, ce-
cendet, rimpang temulawak,
temuireng, kunyit
e. Digodog langsung atau dike-
ringkan terlebih dahulu. Di-
minum selama 10 – 15 hari
(1 hari 1 x), bisa juga godo-
gan tersebut dicampur de-
ngan air tape ketan hitam
(2).
f. Daun jawer kotok, daun sem-
bung, daun kayu putih,
rimpang bangle
f. Bahan digodog, airnya dimi-
num sampai 40 hari (3).
g. Daun jawer kotok, daun sirih,
daun beluntas, daun kumis
kucing, daun sembung, temu
ireng, lempuyang wangi, jahe
g. Bahan digodog, airnya di-
minum sampai 40 hari
setelah melahirkan (4).
h. Jagung, kacang tanah, ka-
cang kedele, kacang hitam,
kencur, jahe, lampuyang,
temu ireng, kunyit, cabe
jawa, lada.
h. Bahan dikeringkan, disa-
ngan, ditumbuk, dibuat
tepung ditambah gula, ga-
ram. Tiap hari dimakan.
Disebut jamu pangleuleus
selama 3 hari setelah me-
lahirkan (4). Bul. Littro. Vol. XVIII No. 1, 2007, 13 - 28
17
























































































Tabel 1. Lanjutan
Jenis penyakit/
Diseases
Tanaman obat yang digunakan/
Medicinal plants used
Cara penggunaan/Applications
i. Daun sembung, singgugu,
lokat mala, hareuga, daun
kumis kucing, ki urat.
i. Bahan digodog, diminum
sampai 40 hari setelah me-
lahirkan (5).
j. Kacang kedele, kacang hi-
jau, kacang hitam, jagung.
Bumbu : jahe, kunyit, pala,
cengkeh.
j. Bahan tersebut disangan,
dibuat tepung ditambah
gula merah, terasi dan ga-
ram. Dimakan sampai 40
hari setelah melahirkan
(5).
k. Buah jeruk nipis. k. Buah jeruk nipis di : ”bu-
buy” (disimpan di abu pa-
nas) atau di kukus, diam-
bil airnya. Ditambah 1
buah ragi dan 1 siung ba-
wang putih yang sudah
digerus, diminum (5).

l. Daun pepaya, ki urat,
pegagan, lokatmala, sirih,
kunyit.
l. Bahan digodog, airnya di-
minum. Bisa juga dipakai
untuk setelah mens (6).
m. Majakane, adas. m. Majakane, adas, jadam
(gom arab) ditambah ja-
mu godogan, dicampur,
digodog, diminum (6).
2. Melancar-
kan ASI
a. Pucuk daun labu siem. a. Digodok/direbus, dilalab
(3).
b. Daun labu gede. b. Direbus, ditambah garam,
dimakan atau dilalab (3, 4
dan 6)).
c. kunyit (induk rimpang),
rimpang kencur.
c. Diparut diseduh air
matang, diminum selama
7 hari (4).
d. Pucuk ki piit dan daun
“nangsi”.
d. Digodog, airnya diembun-
kan, diminum pagi hari
sampai ASI-nya banyak
(5).
3. Memberhen-
tikan ASI
Daun kemangi. Dilalab (6).
4. Keputihan a. Jagung a. Bata merah dan jagung di-
bakar sampai gosong, dise-
duh dengan air matang, di-
endapkan, disaring dimi-
num, obat ini disebut “lun-
tur kanea” (5).
b. Majakane b. Bahan ditumbuk, digodog,
idii(6)Rosita SMD et al. : Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango
18
























































































Tabel 1. Lanjutan
Jenis penyakit/
Diseases
Tanaman obat yang digunakan/
Medicinal plants used
Cara penggunaan/Applications
5. Pemelihara-
an rahim
Daun manalika (sirsak). Digerus, ditambah 2 sendok
kecap, diseduh air panas, dimi-
num. Dipergunakan sesudah/
sebelum melahirkan (5).
6. Mencret a. Getah (mukus) pisang
ambon/pisang emas
a. Mukusnya diminum(1).
b. Untuk bayi. Tongtolang
mungkus (nangka )
b. Digilas, dipokokan keperut
bayi(2).
c. Antanan kecil/besar
(pegagan)
c. Ditumbuk, ditambah gula
merah (3).
d. Daun jambu batu d. Diseduh air matang, dimi-
num airnya (4).
e. Getah (mukus) pisang raja
cere
e. Getah ditambah gula merah,
diminum (bermanfaat un-
tuk merapatkan usus yang
luka) (5).
f. Kamanilan (Rorippa indica),
seluruh bagian tanaman.
f. Bahan diremas, dibalurkan
ke perut dan punggung (6).
7. Maag a. Rimpang kunyit a. Diparut, diambil airnya, di-
tambah kuning telur ayam
kampung, dimakan (2).
b. Bawang putih b. Bawang putih ditambah ke-
cap 1 sendok, langsung di-
makan (3).
c. Daun babadotan c. Daun dibersihkan, diseduh
air matang, ditambah ga-
ram, diminum (4).

d. Daun pepaya d. Digodog, airnya diminum
(6).
8. Perut kem-
bung
Daun kasembukan/kahitutan Diremas, dibalurkan ke perut
kembung (1).
9. Susah buang
air kecil
a. Daun manalika (sirsak) a. Diremas, diseduh air ma-
tang,ditambah gula merah,
diminum (4).
b. Meniran, seluruh bagian
tanaman
b. Segenggam meniran digo-
dog untuk 1 gelas, dipakai
2 x minum (6).
10. Sakit ku-
ning
a. Daun kelewih a. Digodog, airnya diminum
(1).
b. Kunyit, jahe, haur koneng b. Digodog ditambah haremis,
diminum airnya(1).
Bul. Littro. Vol. XVIII No. 1, 2007, 13 - 28
19
























































































Tabel 1. Lanjutan
Jenis penyakit/
Diseases
Tanaman obat yang digunakan/
Medicinal plants used
Cara penggunaan/Applications
c. Papagan ki koneng, haur
koneng, temu lawak, kunyit
c. Rimpang kunyit dan temu
lawak diparut, dicampur
dengan ki koneng dan haur
koneng, digodog, diminum
(2).
d. Papagan jeruk, jambu batu,
rambutan, honje
d. Bahan digeprek, digodog,
diminum. Ditambah makan
rebus telur ayam kampung
(4).
e. Haur koneng e. Haur koneng ditambah “ha-
remis”, digodog, airnya di-
minum, remis dimakan (5).
f. Daun ki koneng, temu lawak f. Bahan digodog, dipakai un-
tuk “leuhang” (mandi) (6).
11. Sakit ping-
gang
Daun lampuyung (Comprey) Diseduh air panas, diminum
airnya(1).
12. Sakit badan Daun meniran, hahapaan Digodok. diminum airnya(1).
13. Panas a. Bawang merah, bawang pu-
tih, minyak kelapa, minyak
kayu putih (untuk anak-
anak)
a. Diremas, dicampur dengan
minyak kelapa dan kayu
putih, dibalurkan keseluruh
badan(1).
b. Sapu merang ketan hitam,
rimpang temu lawak (untuk
anak-anak)
b. Sapu merang dibakar ditam-
bah air, disaring. Rimpang
temulawak diparut. Air sari-
ngan dicampur dengan pa-
rutan temu lawak dibalur-
kan atau diminum (1).
c. Pucuk duren, pucuk manggis
dan salak.
c. Bahan digodog, airnya di-
tambah dengan minyak ci-
mande, diminum (5).
d. Rimpang bangle dan bawang
putih.
d. Bahan dihaluskan, dibalur-
kan ke seluruh badan (6).
14. Darah ting-
gi
a. Daun parte, daun balagadung
(sintrong)
a. Dibuat lalab (1).
b. Buah mengkudu masak b. Digeprek, diseduh air panas,
diibunkan, diminum (2).
c. Daun mengkudu c. Dilalab atau direbus,
dimakan (2).
d. Buah mentimun d. Direbus, dimakan (2).
e. Daun saledri e. Dilalab (3).
f. Buah belimbing f. Buah dimakan (3).
Rosita SMD et al. : Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango
20
























































































Tabel 1. Lanjutan
Jenis penyakit/
Diseases
Tanaman obat yang digunakan/
Medicinal plants used
Cara penggunaan/Applications
g. Daun belimbing g. Daunnya digodog, diminum
(3)
h. Umbi lobak h. Diparut, diseduh air ma-
tang, diperas, diminum (4).
i. Bawang putih, daun seledri,
daun jarak.
i. Bawang putih ditumbuk, di-
peras airnya, ditambah daun
seledri dan daun jarak, digo-
dog, diminum (6).
15. Sakit gigi a. Bawang putih, getah jarak a. Ditotolkan ke gigi sakit (3).
b. Batang bratawali b. Direbus, dipakai kumur-ku-
mur (1).
16. Obat mata a. Kulit secang a. Kulit secang diseduh air pa-
nas, diteteskan ke mata (5).
b. Batang pacing b. Digeprek, diperas airnya, di-
teteskan ke mata (2).
c. Rimpang kencur c. Diparut, dibungkus dengan
kain putih, diperas airnya
diteteskan kemata, untuk
peureuh setelah melahirkan
(3).
d. Getah bawang merah d. Getah diletakan di mata
yang sakit (3).
17. Batuk a. Daun Karuk a. Diremas, dipopokkan ke
leher (2).
b. Buah jeruk nipis b. Dibubuy (disimpan di abu
panas), diperas airnya,
ditambah garam, diminum
(3, 4).
18. Penghalus
muka
Daun sirih. Daun dilayukan, dilulur ke
muka (5).
19. Pewangi
badan
Daun sembung atau daun lokat-
mala.
Bahan digodog, airnya dimi-
num (6).
20. Luka a. Daun alang-alang a. Bahan diremas, dipopokkan
ke luka (1).
b. Getah pisang b. Dioleskan ke luka (3).
c. Daun babadotan c. Diremas ditambah/tanpa ka-
pur sirih, ditempel di luka
(1, 4, 6).
d. Ki urat d. Ki urat di panggang di atas
api sampai lemas, ditempel
di luka (6).
Bul. Littro. Vol. XVIII No. 1, 2007, 13 - 28
21
















Beberapa tanaman yang diguna-
kan dalam ramuan tersebut juga sudah
dikaji secara ilmiah baik khasiat mau-
pun keamanannya, diantaranya daun
meniran untuk pelancar air seni
(Nuratmi et al., dalam Hamzah et al.,
1993), daun seledri untuk menurunkan
tekanan darah (Sudarsono dalam
Kusumadewi dan Katno, 2004) dan da-
un babadotan untuk obat luka (Ibrahim
et al., 1996). Namun ada beberapa ra-
muan yang tidak lazim digunakan dan
perlu dikaji lebih lanjut, seperti peng-
gunaan papagan (bagian batang) jeruk,
jambu batu, rambutan dan honje untuk
sakit kuning. Pengobatan penyakit ku-
ning di beberapa daerah lain biasanya
digunakan tanaman yang mengandung
kurkuminoid (Priastini et al., 2002).
Honje (Amomum heyneanum),
famili Zingiberaceae, bunganya yang
mengandung minyak atsiri, flavonoid,
tanin dan steroid/triterpenoid, diguna-
kan untuk karminatif dan penghilang
bau badan (Departemen Kesehatan,
1995; Esai, 1986).


















Daun jeruk purut (Citrus sp.)
mengandung minyak atsiri, steroid/
triterpenoid, tanin, saponin, digunakan
untuk penghangat badan. Daun jambu
biji (Psidium guajava) mengandung
tanin, minyak atsiri (eugenol), minyak
lemak, damar (Departemen Kesehat-
an, 1989). Diduga kandungan bahan
aktif pada batang tanaman tersebut
juga terdapat dalam daun. Namun ke-
terkaitan khasiat dengan kandungan
bahan aktif dari tanaman di atas perlu
dibuktikan secara ilmiah.
Hal lain yang menarik adalah
penggunaan getah pisang emas seba-
gai pembersih kewanitaan. Esai
(1986) dan Dharma (1985) melapor-
kan bahwa getah pisang efektif untuk
menghentikan mencret dan disentri.
Belum diketahui kandungan kimia
spesifik dari getah pisang yang ber-
manfaat sebagai pembersih kewanita-
an.
Jenis tumbuhan obat
Berdasarkan hasil survey, di
wilayah gunung Gede Pangrango ter-
dapat 80 jenis tumbuhan obat, dari 28
Tabel 1. Lanjutan
Jenis penyakit/
Diseases
Tanaman obat yang digunakan/
Medicinal plants used
Cara penggunaan/Applications
21. Gatal-gatal Daun sirsak Ditumbuk, diseduh air ma-
tang, digosokan (2).
22. Bisul Selada air Digodog, airnya dipakai “ceu-
ceuh” (5).
23. Lemah sah-
wat
Lada hitam Digerus, diseduh air panas,
diminum (6).
Keterangan :
(1) Kp. Balekambang, Ds. Sukamulya, Kec. Cibadak, Sukabumi
(2) Kp. Kubang, Ds. Sukamulya, Kec. Cibadak, Sukabumi.
(3) Kp. Babakan,. Ds. Gekbrong Kec. Warung Kondang, Cianjur
(4) Kp. Kebon Kondang , Ds. Gekbrong Kec. Warung Kondang, Cianjur.
(5) Kp. Gunumg Putri, Ds. Sukatani, Kec. Pacet, Cianjur.
(6) Kp. Baros, Ds. Ciherang, Kec. Pacet, Cianjur. Rosita SMD et al. : Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango
22
famili, yang digunakan dalam ramuan
pengobatan (Tabel 2). Jenis-jenis tum-
buhan yang digunakan dalam sistem
pengobatan tersebut pada umumnya
adalah tumbuhan yang tumbuh di pe-
karangan dan dikembangkan dengan
teknik budidaya sederhana (asal ta-
nam). Selain itu ada beberapa jenis
tumbuhan yang ditambang langsung
dari hutan, umumnya berupa pohon
yang dipanen kulit batangnya (papag-
an) dan diambil dalam jumlah kecil.
Sehingga penyusutan jenis dan jumlah
tumbuhan obat di kawasan ini relatif
rendah. Berbeda dengan di Jawa Te-
ngah dan Jawa Timur, dimana kebu-
tuhan akan tumbuhan obat lebih ting-
gi, karena digunakan untuk keperluan
komersial (industri obat tradisional).

























Untuk memastikan mutu dari
simplisia yang digunakan dalam peng-
obatan di wilayah tersebut, telah dila-
kukan analisis mutu beberapa jenis
tumbuhan dari beberapa lokasi survey
yang meliputi : kadar abu, kadar sari
dan kadar minyak atsiri. Hasil analisis
menunjukkan dari 9 jenis tumbuhan
yang dianalisis, 4 jenis telah mem-
punyai standar mutu Materia Medika
Indonesia (Tabel 3).
Berdasarkan hasil pengamatan
dan wawancara dengan beberapa
sesepuh kampung dan dukun beranak,
pengetahuan pengobatan masyarakat
di sekitar gunung Gede Pangrango di-
peroleh secara turun-temurun, dengan
pola pemakaian ramuan yang seder-
hana dan terbatas di kalangan keluarga
dekat atau tetangga kampung terdekat.
























Tabel 2. Jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat di daerah penyangga
Taman Nasional gunung Gede Pangrango
Table 2. Kinds of medicinal plants used by people communities at the buffer zone
of Gede Pangrango mountain National Park
Nama Tumbuhan/ Plant names Kegunaan/Usage
No Lokal/
Common
Latin/
Scientific

Famili/
Family
Bagian
tanaman/
Part of plant
Penyakit/
Diseases
1 Antanan ageung,
pegagan
Centella asiatica Apiaceae Herba Setelah
melahirkan
Mencret
2 Antanan alit Hydrocotyl
sibthorpioides
Apiaceae Herba Mencret
3 Babadotan Ageratum
conyzoides
Asteraceae Daun Maag
Luka
4 Balagadung,
sintrong
Erechites sp. Asteraceae Daun Darah tinggi
5 Balimbing,
belimbing
Averrhoa
carambola
Oxalidaceae Daun, buah Darah tinggi
6 Baluntas,
beluntas
Pluchea indica Asteraceae Daun Setelah
melahirkan
7 Bawang
bereum,
bawang merah
Allium cepa Liliaceae Umbi
Getah
Panas (obat
luar)
Obat mata
Bul. Littro. Vol. XVIII No. 1, 2007, 13 - 28
23
























































































Tabel 2. Lanjutan
Nama Tumbuhan/Plant names Kegunaan/Usage No
Lokal/
Common
Latin/
Scientific

Famili/
Family
Bagian
tanaman/
Part of plant
Penyakit/
Diseases
8 Bawang bodas,
bawang putih
Allium sativum Liliaceae Umbi Panas (obat lu-
ar), Darah ting-
gi, maag, sakit
gigi
9 Bijanggut, daun
poko
Mentha arvensis Lamiaceae Daun Setelah
melahirkan
10 Bonteng,
mentimun
Cucumis sativus Cucurbi-
taceae
Buah Darah tinggi
11 Cabe murilit,
cabe areuy, cabe
jawa
Piper retrofractum Piperaceae Buah Setelah
melahirkan
12 Cangkudu,
mengkudu
Morinda citrifolia Rubiaceae Daun,
buah
Darah tinggi
13 Cau ambon,
pisang ambon
Musa sp. Musaceae Getah Mencret
14 Cau emas,
pisang emas
Musa sp. Musaceae Getah Setelah
melahirkan,
mencret
15 Cau raja, pisang
raja cere
Musa sp. Musaceae Getah Mencret
16 Cecendet Physalis peruviana Solanaceae Setelah
melahikan
17 Cengkeh Syzigium guajava Myrtaceae Bunga Setelah
melahirkan
18 Cikur, kencur Kaempferia
galanga
Zingiberaceae Rimpang Setelah
melahirkan,
melancarkan
ASI
19 Eurih, alang-
alang
Imperata
cylindrica
Poaceae Daun Luka
20 Gedang
karayunan,
pepaya gandul
Carica papaya Caricaceae Daun Setelah
melahirkan, maag
21 Hades, adas Foeniculum vulgare Apiaceae Biji Setelah
melahirkan
22 Haur koneng,
bambu kuning
Bambusa vulgaris Poaceae Bambu Kuning
23 Hareuga Gynura aurantiaca Asteracea Setelah
melahirkan
Rosita SMD et al. : Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango
24
























































































Tabel 2. Lanjutan
Nama Tumbuhan/Plant names Kegunaan/Usage No
Lokal/
Common
Latin/
Scientific

Famili/Family Bagian
tanaman/
Part of plant
Penyakit/
Diseases
24 Honje Amomum
heynianum
Zingiberaceae Papagan Kuning
25 Jagong, jagung Zea mays Poaceae Biji Setelah
melahirkan,
keputihan
26 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Rimpang Setelah
melahirkan,
kuning
27 Jambu kulutuk,
jambu batu,
jambu biji
Psidium guajava Myrtaceae Daun
Papagan
Mencret,
Kuning
28 Jarak Jatropha curcas Euphorbia-
ceae
Daun
Getah
Darah tinggi
Sakit gigi
29 Jawer kotok Mellisa axillaris Lamiaceae Daun Setelah
melahirkan
30 Jeruk manis Citrus aurantium Rutaceae Papagan Kuning
31 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae Buah Setelah
melahirkan,
batuk
32 Kacang hejo,
kacang hijau
Phaseolus radiatus Papilionaceae Biji Setelah
melahirkan
33 Kacang hideung,
kacang hitam
Papilionaceae Biji Setelah melahir
kan
34 Kacang jepun,
kedele
Glycine max Papilionaceae Biji Setelah
melahirkan
35 Kacang suuk,
kacang tanah
Arachis hypogaea Papilionaceae Biji Setelah
melahirkan
36 Kadu, duren Durio zibethinus Bombacaceae Pucuk Panas
37 Hahapaan Daun Sakit badan
38 Kalingsir Apoma tomentosa Aristolochia-
ceae
Setelah
melahirkan
39 Kamanilan Rorippa indica Brasicaceae Herba Mencret
40 Karuk Piper
sarmentosum
Piperaceae Daun Batuk
41 Kasembuhan,
kahitutan
Saprosma,
arboreum
Rubiaceae Daun Perut kembung
42 Kayu putih Euqaliptus alba Myrtaceae Daun Setelah melahir-
kan Panas (mi-
nyak) Bul. Littro. Vol. XVIII No. 1, 2007, 13 - 28
25
























































































Tabel 2. Lanjutan
Nama Tumbuhan/Plant names Kegunaan/Usage No
Lokal/
Common
Latin/
Scientific

Famili/Family Bagian
tanaman/Part
of plant
Penyakit/
Diseases
43 Kelewih Artocarpus
communis
Moraceae Daun Kuning
44 Ketan hitam Oryza sativa Poaceae Sapu merang Panas
45 Ki koneng Arcangelisia
flava
Papagan Kuning
46 Ki piit Daun Melancarkan
ASI
47 Ki urat, daun
sendok
Plantago mayor Plantaginaceae Herba Setelah melahir-
kan, luka
48 Koneng ageng,
temu lawak
Curcuma
xanthorrhiza
Zingiberaceae Rimpang Setelah melahir-
kan Kuning, pa-
nas
49 Koneng bodas,
temu mangga
Curcuma
mangga
Zingiberaceae Rimpang Setelah melahir-
kan
50 Temu ireng,
temu ireng
Curcuma
aeruginosa
Zingiberaceae Rimpang Setelah melahir-
kan
51 Koneng temen,
koneng pari,
kunyit
Curcuma
domestica
Zingiberaceae Rimpang Setelah melahir-
kan, melancar-
kan ASI, maag,
kuning
52 Kumis ucing,
kumis kucing
Orthosiphon
aristatus
Lamiaceae Daun Setelah melahir-
kan
53 Laja, lengkuas Languas galanga Zingiberaceae Rimpang
54 Lampuyang
seungit, lampu-
yang wangi
Zingiber
aromaticum
Zingiberaceae Rimpang Setelah
melahirkan
55 Lampuyung,
komprey
Symphytum
officinale
Boraginaceae Daun Sakit pinggang
56 Lobak Raphanus sativus Brassicaceae Umbi Darah tinggi
57 Lokatmala Artemesia
vulgaris
Setelah melahir-
kan
58 Majakane Quercus
lustanica
Fagaceae Buah Setelah melahir-
kan, keputihan
59 Manalika,
sirsak
Annona muricata Anonaceae Daun Pemeliharaan ra-
him, susah buang
air besar, gatal
60 Manggu,
manggis
Garcinia
mangostana
Clusiaceae Pucuk Panas
Rosita SMD et al. : Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango
26
























































































Tabel 2. Lanjutan
Nama Tumbuhan/Plant names Kegunaan/Usage No
Lokal/
Common
Latin/
Scientific

Famili/Family Bagian
tanaman/
Part of plant
Penyakit/
Diseases
61 Memeniran,
meniran
Phylanthus niruri Euphorbiaceae Herba Susah buang air
kecil, sakit badan
62 Nangka Artocarpus integer Moraceae Buah muda Mencret (obat
luar)
63 Nangsi Villebrunea
rubescens
Urticaceae Daun Melancarkan ASI
64 Pacing Costus speciosus Zingiberaceae Batang Obat mata
65 Pala Myristica fragrans Myristicaceae Biji Setelah
melahirkan
66 Panglay,
bangle
Zingiber
purpureum
Zingiberaceae Rimpang Setelah melahir-
kan, panas (obat
luar)
67 Parte Daun Darah tinggi
68 Pedes, lada Piper nigrum Piperaceae Buah Setelah melahir-
kan, lemah syah-
wat
69 Pratawali,
bratawali
Tinospora crispa Menisperma
ceae
Batang Sakit gigi
70 Rambutan Nephelium
lappaceum
Sapindaceae Papagan Kuning
71 Salada cai,
selada air
Lactuca sativa Asteraceae Herba Bisul
72 Salak Zalacca edulis Arecaceae Pucuk Panas
73 Saledri, seledri Apium graveolens Apiaceae Daun Darah tinggi
74 Secang Caesalpinia
sappan
Caesalpiniacea
e
Kulit Obat mata
75 Sembung Blumea
balsamifera
Asteraceae Daun Setelah
melahirkan,
pewangi badan
76 Seureuh, sirih Piper betle Piperaceae Daun Setelah
melahirkan,
penghalus muka
77 Singgugu Clerodendon
serratum
Verbenaceae Setelah melahirkan
78 Surawung,
kemangi
Ocimun sanctum Lamiaceae Daun Setelah melahirkan,
menghentikan ASI
79 Waluh ageung,
labu gede
Cucurbita
moschata
Cucurbitaceae Daun Melancarkan ASI
80 Waluh siem,
labu siem
Sechium edule Cucurbitaceae Daun Melancarkan ASI
Bul. Littro. Vol. XVIII No. 1, 2007, 13 - 28
27

























Akan tetapi pola pewarisan ter-
sebut nampaknya sangat terbatas di ka-
langan usia tertentu (> 50 tahun), se-
hingga ada kecenderungan terjadinya
pengikisan khasanah etnomedisin, se-
hingga sinyalemen proses pelangkaan
IPTEK etno medisin yang lebih cepat
dari proses pelangkaan jenis tumbuhan
obat itu sendiri terbukti disini
(Kompas, 2000).
KESIMPULAN
Pemanfaatan tumbuhan obat
dalam khasanah IPTEK etnomedisin
oleh masyarakat tatar Sunda di kawas-
an gunung Gede Pangrango sudah ter-
kikis atau memudar. Jenis-jenis penya-
kit yang diobati dengan menggunakan
tumbuhan obat oleh masyarakat kawa-

























san gunung Gede Pangrango adalah
penyakit ringan yang sering berjangkit
di kawasan tersebut.
Di kawasan gunung Gede
Pangrango, telah terinventarisasi 23
jenis penyakit dengan 72 resep ramu-
an pengobatan, dengan menggunakan
80 jenis tumbuhan obat. Penggunaan
tumbuhan obat di kawasan gunung
Gede Pangrango hanya merupakan al-
ternatif, sehingga penyusutan jenis
dan jumlah tanaman berkhasiat obat di
kawasan ini relatif rendah. Jenis-jenis
tumbuhan yang digunakan sebagai
obat oleh masyarakat di kawasan
gunung Gede Pangrango, serta tanam-
an obat yang dibudidayakan di peka-
rangan sudah memenuhi standar mutu
yang ditetapkan MMI (Materia Me-
Tabel 3. Mutu beberapa tumbuhan obat yang ditemukan di kawasan gunung Gede
Pangrango
Table 3. Quality of some medicinal plants at Gede Pangrango mountain
Nama tumbuhan/
Plant names


No

Lokal/
Common




Latin/
Scientific






Daerah asal/
Origin

Bagian
tanaman/
Plant
parts

Kadar
air/
Water
content
(%)

Kadar
abu/
Ash
content
(%)
Kadar
sari
larut
air/
Water
soluble
extract
(%)
Kadar
sari larut
alcohol/
Alcohol
soluble
extract
(%)
Kadar
minya
k atsiri/
Essenti
al oil
content
(%)
1

Bangle

Zingiber
purpureum
Balekambang

Rimpang

11,08

7,22
(< 8,5)
16,44
(> 12)
6,7
(> 6,7)
2,70

2 Lokat mala Balekambang daun 11,81 10,75 17,45 13,55 -
3 Kecubung
Datura
fastuosa
Balekambang daun 9,50 13,66 25,54 13,96
-
bunga 17,13 8,44 37,66 22,67 -
4 Ki urat
Plantago
mayor
Balekambang daun 10,55 19,79 24,54 13,73
-
MMI max 15 min 30 min 4 -
5 Lampuyung Balekambang daun 10,18 15,41 23,01 12,20 -
6 Ki kalingsir
Apama
tomentosa
Balekambang daun 10,12 13,12 32,06 15,16
-
7 Beluntas
Pluchea
indica
Balekambang daun 11,06 10,47 19,66 10,19
-
MMI min 20 min 5 -
8

Babadotan

Ageratum
conyzoides
Balekambang

Daun

11,44

11,56
(< 6)
24,90
(> 10)
13,49
(> 1)
-
9

Jawer kotok
Mellisa
axillaries
Kubang
Daun

11,23

10,60

19,58

10,49

-
Rosita SMD et al. : Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango
28
dika Indonesia). Sehingga memiliki
prospek untuk dikembangkan sebagai
kawasan produksi bahan baku industri
obat tradisional dan kosmetika.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sam-
paikan kepada Drs. Sudiarto, APU dan
teman sejawat yang telah membimbing
kami dan berpartisipasi dalam pene-
litian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Cox, P. A., 1994. The etnobotanical ap-
proach to drug discovery; strengths
and limitations in Prance G & Marsh
(Eds). Ethnobotany and the Search for
New Drugs. Ciba Foundation Sym-
posium 185. Academic Press, Landon
: pp. 25 – 41.
Departemen Kesehatan, 1989. Peman-
faatan Tanaman Obat. Edisi III.
Depkes RI. 284 hal.
Departemen Kesehatan, 1995. Materia
Medika Indonesia. Jilid 6. Depkes RI.
389 hal.
Dharma, AP, 1985. Tanaman Obat Tra-
disional Indonesia. P.N. Balai Pus-
taka Jakarta. 291 hal.
Eisai, 1986. Medicinal Herb/Index In In-
donesia. Indek Tumbuh-tumbuhan
Obat di Indonesia. PT. Eisai Indo-
nesia. 428 hal.
Hamzah, R. L Soebagyo, Widayat, A.
Machin, W. Dyatmiko, 1993. Warta
Tumbuhan Obat Indonesia 2 (4) : 22
hal.
Ibrahim, F, Juhaeni, Katring dan E. Mag-
dalena, 1996. Efek ekstrak daun ba-
badotan (Ageratum conyzoides Linn)
terhadap luka terbuka pada tikus
putih. Prosiding Simposium Peneli-
tian Bahan Obat Alami XIII; hal. 439
– 442.
Kusumadewi, AP dan Katno, 2004. Pe-
ngaruh 2,4 D dan fenilalanin terha-
dap pembentukan kumarin dan wak-
tu induksi kalus seledri (Apium gra-
violens L) Prosiding Seminar Nasio-
nal. XXV Tumbuhan Obat Indone-
sia, Tawangmangu; hal. 805 - 815.
PHPA, 1988. Gede Pangrango National
Park : The Heartland of West Java.
Ministry of Forestry, Directorate
General of Forest Protection and
Nature Conservation. 19 p.
Plotkin, M. J., 1988. Traditional Know-
ledge of Medicinal Plants. The
Search for New Jungle Medicines. In
Akerele, O; V. Heywood and H.
Synge (Eds). The Conservation of
Medicinal Plants, Proceedings of
International Consultation, 21 – 27
March 1988. Chiang Mai, Thailand,
Cambridge : Cambridge University
Press : pp. 53 – 64.
Priastini, R, F. Rumiati, S D. Winata,
2002. Efek hepatoprotektor kunir pu-
tih (Curcuma mangga Val. et zyp)
terhadap hepar mencif jantan yang
diberi mimosin. Prosiding Seminar
Nasional Tumbuhan Obat Indonesia
XXI. Fak Farmasi – Ubaya, Sura-
baya; hal. 50 – 58.
Sangat. HM, EAM. Zuhud dan EK.
Damayanti, 2000. Kamus Tumbuhan
Obat Indonesia (Etnofitomedika).
Yayasan Obat Indonesia. Jakarta.
209 hal.
Setiono, P.D. dan E. Sensudi, 2000. Ken-
dala dan tantangan pengelolaan Ta-
man National gunung Gede Pang-
rango. Makalah Seminar Pengem-
bangan Wilayah Berbasis Keane-
karagaman Hayati, Cibodas 12 April
2000. 9 hal. Bul. Littro. Vol. XVIII No. 1, 2007, 13 - 28
13
Blogged with the Flock Browser

Tidak ada komentar:

Posting Komentar