Rabu, 03 November 2010

Pemborongan Tabloid C&R Bentuk Sensor Terselubung

Pemborongan Tabloid C&R Bentuk Sensor Terselubung Rabu, 03/11/2010, 21:56 WIBBATASI KENDARAANKetua Komisi Hukum Dewan Pers, Wina Armada, menilai bahwa pemborongan tabloid Cek & Ricek (C&R) oleh pihak tertentu dari sejumlah agen penjualannya karena diduga kuat berkaitan dengan laporan utama tentang "Skandal Seks Wakil Rakyat" merupakan bentuk sensor terselubung."Hal tersebut merupakan bagian dari sensor terselubung sekaligus upaya menghilangkan fungsi pengawasan dari pers," ujar anggota Dewan Pers periode 2006-2010 dan 2010-2013 itu di Semarang melalui pesan singkatnya dari Banda Aceh, Rabu (3/11/2010).Wina memberikan penilaiannya itu berkaitan dengan pengaduan banyaknya agen penjualan media cetak di berbagai kota yang menyebutkan bahwa stok mereka untuk tabloid C&R diborong pihak tertentu.Pemborong tersebut tidak memberikan kesempatan kepada agen media cetak tersebut menjual tabloid C&R hingga ke pengecer dan pelanggan."Saya sudah membaca, dan tidak ada hal-hal yang melanggar kode etik jurnalistik," ujar Wina, menanggapi berita tabloid C&R yang menyampaikan laporan utama berjudul "Skandal Seks Wakil Rakyat".Atmakusumah Astraatmadja, Ketua Dewan Pers periode 2000-2003, sesaat menjelang "Lokakarya Penegakan Produk Dewan Pers - Piagam Palembang" di Semarang berkomentar, "Wah, ini memperlihatkan bahwa masih banyak pihak di negeri ini yang belum rela ada kebebasan berekspresi dan kemerdekaan pers."Padahal, Atmakusumah menilai, kalau ada pihak yang merasa dirugikan oleh pemberitaan media massa, maka ada baiknya menggunakan mekanisme hak jawab. Apalagi, tabloid C&R selama ini termasuk media cetak yang aktif melayani hak jawab."Ini juga memperlihatkan masih ada pihak-pihak yang merasa bisa membungkam kemerdekaan pers menggunakan uang. Ini sangat memprihatinkan," ujar Atmakusumah jelang menjadi nara sumber dalam lokakarya yang diselenggarakan Dewan Pers bersama Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) itu.Ilham Bintang selaku Pemimpin Redaksi C&R menyatakan, mulai curiga pemasaran tabloidnya ada yang memborong secara sepihak manakala pada Selasa (2/11) siang menerima laporan dari banyak temannya, termasuk anggota DPR Bambang Soesatyo, bahwa tidak memperoleh C&R dan tidak bisa mendapatkannya di kios-kios umum maupun pedagang asongan."Tadi Subuh bagian sirkulasi tabloid C&R melaporkan pengaduan sejumlah agen tentang habisnya stok mereka. Ada pihak yang memborong. Pihak yang memborong habis jatah agen itu tidak jelas pihak siapa," ujar wartawan senior yang mengawali karir jurnalistiknya di Harian Angkatan Bersenjata pada 1975 itu.Ilham selama ini juga mempunyai kebiasaan menyebarkan gambar cover tabloid C&R melalui jejaring sosial, antara lain Facebook, Twitter dan BlackBerry Messenger (BBM), jelang penyebaran edisi cetaknya. Hal ini membuat banyak kalangan mengetahui laporan utama media tersebut sebelum membaca edisi cetak aslinya.Ia mengemukakan, tabloid C&R edisi 636 dengan cover story "Skandal Seks Wakil Rakyat" dicetak sekira 100.000 eksemplar."Pagi ini juga saya putuskan untuk cetak kembali sejumlah yang sama. Bagi kami hak masyarakat untuk mendapat informasi lebih utama, tidak boleh dikalahkan oleh kekuatan modal sebesar apapun untuk bisa merampas hak tersebut," demikian Ilham Bintang. (ans/ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar